Menempa Mental: Ketika Jurus dan Doa Menyatu dalam UKT P.S Cinong Bekasi

Oplus

SINGKAP NEWS | BEKASI – Sinar matahari di kawasan Kavling Kaliabang Tengah Permai, Bekasi Utara, Sabtu (20/12/2025), terasa lebih menyengat dari biasanya. Di lapangan Pesantren Tahfidz Nurhasanah, udara tidak hanya membawa aroma tanah, tetapi juga getaran semangat dari 13 pendekar muda yang tengah bersiap menempuh babak krusial dalam perjalanan bela diri mereka.

Hari ini, Perguruan Silat (P.S) Cinong menggelar Ujian Kenaikan Tingkat (UKT). Lebih dari sekadar rutinitas, ini adalah tradisi sakral untuk mengukur sejauh mana ilmu telah meresap ke dalam raga dan jiwa. Sesuai motonya, “Jangan jadikan ilmu silatmu untuk melukai orang lain, gunakanlah untuk melindungi orang lain”, ujian ini menjadi ajang pembuktian bahwa kekuatan harus berbanding lurus dengan kerendahan hati.

Tiga Fase Uji Nyali dan Nalar

Para peserta, yang mayoritas duduk di bangku SD hingga SMP, harus melewati tiga fase ujian yang menguras keringat. Pertama adalah Penjelajahan dan Post Test, di mana mereka menyusuri rute sejauh 1 km untuk menguji ketahanan fisik serta pemahaman teori patriotisme di setiap pos.

Kedua, para santri diuji melalui Hafalan Jurus, mulai dari jurus perguruan hingga jurus prestasi. Ketiga adalah Materi Praktik TGR (Tunggal, Ganda, Regu) dan Tanding yang dibagi ke dalam tiga kelas pertandingan (A, B, dan C). Di fase terakhir inilah sportivitas diuji saat mereka harus berhadapan satu lawan satu di atas gelanggang.

“Ujian ini adalah cara kami menjaring bibit unggul secara teori, keilmuan, dan fisik,” ujar Khairul Umam, juri sekaligus Wakil Ketua P.S Cinong Bekasi.

Melahirkan Kader dan Calon Atlet

Keberhasilan UKT ini tidak lepas dari tangan dingin tim pelatih yang terdiri dari dua kader pelatih serta didampingi langsung oleh Sekretaris Bidang Pembinaan Prestasi. Kehadiran tokoh sentral seperti Guru Besar Bang Jamaludin dan Pembina Ranting Kong Bisot semakin menambah bobot khidmat dalam prosesi ini.

Meski berbasis di Yayasan Tahfidz Nurhasanah dengan jadwal latihan rutin setiap malam Minggu dan Minggu pagi, perguruan ini bersifat inklusif. P.S Cinong membuka pintu lebar bagi masyarakat umum yang ingin menimba ilmu silat, menjadikannya jembatan pemersatu antara santri dan warga sekitar.

Menuju Panggung Nasional

Hasilnya membanggakan. Sebanyak 13 peserta, termasuk Syaqib Maulana Al Hafizd hingga Ahmad Hafiz, dinyatakan lulus dan sah menyandang Sabuk Merah Tingkat II. Dari proses tanding yang berlangsung, tim pelatih mengaku telah mengantongi sejumlah nama yang memiliki potensi besar.

“Alhamdulillah, tujuan utama kami mencetak generasi atlet prestasi mulai terlihat. Banyak peserta yang sudah siap kami terjunkan ke kejuaraan tingkat nasional di bawah naungan IPSI,” ungkap Samsul Eye, Ketua Panitia sekaligus tim pelatih.

Kegiatan ditutup saat matahari tepat di atas kepala dengan doa bersama. Sebuah refleksi bahwa di balik tangguhnya fisik seorang pendekar, ada jiwa yang harus tetap tunduk pada Sang Pencipta.

Daftar Pendekar Muda Sabuk Merah Tingkat II:
Syaqib Maulana Al Hafizd, Adella Inara Nasiha, Erlina Larasati, Cornea Chouirunnisa, Muhammad Hafidh Nurhasan, Arsyla Romeesa Sutiyono, Muhamad Rivaldo Aldyansyah, Nabila Nur’aini, Agung, Muhammad Fatih, Zaidan Riziq Sakha, Febryan Alvis Murtiono, Ahmad Hafiz, MUHAMMAD SARNO HIDAYAT dari Yayasan tahfidz Nurhasanah. (bisot)

Loading

Bagikan:
error: