Mewujudkan Indonesia Ramah Lansia Melalui Literasi Digital Inklusif

Mewujudkan Indonesia Ramah Lansia Melalui Literasi Digital Inklusif

Populasi lansia di Indonesia terus bertumbuh pesat, mencapai 11,75% atau setara 32 juta jiwa. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 20-25% pada tahun 2050. Di era digital ini, akses dan literasi digital menjadi kunci bagi lansia untuk tetap aktif, mandiri, dan terhubung dengan keluarga dan komunitas.

Namun, kenyataannya masih banyak lansia yang tertinggal dalam pemanfaatan teknologi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterbatasan fisik, techno stress, penurunan daya kognisi, dan minimnya literasi digital.

Keterbatasan fisik, seperti penglihatan yang menurun dan kesulitan mobilitas, membuat lansia lebih sulit untuk mengakses perangkat digital dan mempelajari cara menggunakannya. Techno stress, yaitu kecemasan dan frustrasi yang dialami saat menggunakan teknologi baru, juga menjadi hambatan bagi lansia untuk beradaptasi dengan dunia digital.

Penurunan daya kognisi, yang umum terjadi seiring bertambahnya usia, dapat membuat lansia kesulitan untuk memahami informasi yang kompleks dan berpikir kritis. Minimnya literasi digital membuat lansia rentan terhadap hoaks, penipuan online, dan berbagai risiko lainnya di dunia digital.

Meskipun banyak lansia yang aktif menggunakan media sosial seperti WhatsApp dan Facebook, kemampuan mereka dalam berpikir kritis masih rendah. Hal ini membuat mereka mudah terpapar hoaks, terutama pada masa-masa krusial seperti Covid-19, Pemilu, dan Pilkada.

Dampak dari keterbatasan akses dan literasi digital pada lansia:

  • Keterasingan: Lansia yang tidak terhubung dengan dunia digital dapat merasa terasing dari keluarga dan komunitas.
  • Ketidakberdayaan: Ketidakmampuan untuk mengakses informasi dan layanan penting dapat membuat lansia merasa tidak berdaya.
  • Kerentanan: Minimnya literasi digital membuat lansia rentan terhadap hoaks, penipuan online, dan berbagai risiko lainnya.

Memahami berbagai tantangan yang dihadapi lansia di era digital, Tular Nalar, program literasi digital yang diinisiasi oleh MAFINDO dan didukung oleh Google.org, menyerukan pentingnya inklusi lansia dalam gerakan literasi digital.

Mewujudkan Indonesia Ramah Lansia Melalui Literasi Digital Inklusif 1

Tujuan Tular Nalar:

  • Meningkatkan keterampilan dan kemampuan akses lansia dalam menggunakan teknologi digital.
  • Melindungi lansia dari berbagai risiko kejahatan digital dan penipuan online.
  • Memberikan kesempatan bagi lansia untuk memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
  • Sejak tahun 2021, Tular Nalar telah merancang kurikulum, modul, dan alat bantu khusus untuk edukasi literasi digital lansia.

Edukasi ini berfokus pada berbagai topik penting, seperti:

  • Penipuan digital: Bagaimana mengenali dan menghindari penipuan online yang marak menargetkan lansia.
  • Memeriksa fakta: Bagaimana meneliti kebenaran informasi yang diperoleh di internet dan media sosial.
  • Pencegahan ujaran kebencian: Bagaimana menjaga komunikasi online yang sopan dan bermartabat.

Hingga akhir tahun 2023, Tular Nalar telah menjangkau 12.647 lansia di seluruh Indonesia melalui berbagai kelas dan lokakarya.

Di Hari Lansia 2024, Tular Nalar mengajak semua pihak untuk bersatu mewujudkan Indonesia yang lebih inklusif dan ramah lansia. Membantu lansia beradaptasi dengan teknologi dan menjadi bagian dari dunia digital bukan hanya wujud bakti, tetapi juga kebutuhan untuk menciptakan masyarakat yang ramah lansia dan bermartabat.

Inklusi digital adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia Ramah Lansia. Mari bersama-sama wujudkan Indonesia Bermartabat Ramah Lansia Melalui Literasi Digital Yang Inklusif!

Loading

Bagikan:
error: